Ini Tanda-Tanda Anak Merasa Tidak Dekat dengan Orangtua

pixabay.com

Hidup di era milenial membawa pengaruh yang baik maupun buruk terhadap anak. Pengaruh baiknya, dunia yang serba cepat dan dinamis membuat anak makin kreatif dalam hidup. Anak-anak juga mudah mendapatkan akses hiburan dan informasi yang bermanfaat bagi tumbuh kembang mereka. Si kecil juga tidak sulit berekspresi di mana pun mereka berada, karena dukungan kemajuan teknologi, semisal gadget, yang dapat digunakan di beragam tempat.

Namun, ada pula pengaruh buruknya. Makin egoisnya anak adalah salah satu contoh. Tak hanya itu, anak juga gampang menyendiri, asyik dengan dunianya sendiri, sehingga berpotensi meminggirkan peran orangtua dalam pertumbuhan menuju masa dewasanya. Itu sekadar contoh yang perlu diperhatikan orangtua dalam mendidik anak. Akibat buruk lainnya yang perlu diwaspadai adalah anak lalu merasa jauh dengan orangtua. Tidak ada kedekatan, bahkan si bocah merasa jauh padahal orangtua senantiasa dekat dengan mereka.

Dalam teori mendidik anak, dijabarkan dengan jelas bahwa orangtua harus bisa membuat anak merasa nyaman, merasa dekat, merasa intim, sehingga dunia anak dilingkupi dengan kasih sayang yang tiada habisnya dari orangtua. Namun, ketika banyak hal menjadi kendalanya maka orangtua perlu lebih cerdas lagi dalam mendidik anak, membuat buah hati tetap merasakan kehadiran orangtua setiap saat, meski tidak selamanya bertatap muka secara langsung.

Tidak Curhat kepada Orangtua

Kedekatan seseorang dengan orang lain sering kali ditandai dengan mudahnya mengungkapkan curahan hati (curhat). Bagi beberapa anak, tidak mudah menyampaikan curhat, apalagi terhadap orang yang tidak dikenalnya. Sebaliknya, orangtua dengan anak seharusnya berada pada jalinan komunikasi yang intim, akrab, tidak ada sekat, tidak ada ketakutan, juga tidak ada keraguan dalam menyampaikan pesan, baik itu pesan yang serius maupun santai.

Jika anak tidak mau curhat dengan orangtua maka itu bisa menjadi tanda bahwa anak merasa tidak dekat dengan orang yang dikasihinya. Penyebabnya banyak, mungkin si anak merasa orangtua sibuk dengan diri mereka sendiri, seperti asyiknya orangtua bermedia sosial atau “main hp” tanpa menghiraukan kehadiran anak dalam aktivitasnya. Waspadai saja akan hal ini sehingga orangtua perlu memikirkan kembali cara jitu mendidik anak, yang membuat buah hati merasa dekat, merasa disayangi.

Asyik dengan Dunianya Sendiri

Rumahku istanaku, demikian ungkapan populer yang sering kali kita dengar. Di dalam rumahlah seharusnya anak-anak mendapatkan interaksi positif dan akrab dengan orangtua, dengan jalinan komunikasi yang “renyah”, seru, menghibur, namun juga membawa muatan didikan moral serta mental yang terus-menerus. Jika anak tidak merasakan hal itu maka mereka mudah terpancing untuk asyik dengan dunianya sendiri.

Hal tersebut perlu diwaspadai karena menjadi tanda-tanda bahwa anak mulai merasa tidak dekat dengan orangtuanya. Lebih berbahaya lagi jika anak merasa mampu melakukan banyak hal sendirian tanpa mendapatkan bantuan orangtuanya. Anak lalu merasa menjadi pribadi yang super, tidak membutuhkan kehadiran orangtua dalam hidupnya. Ini tentu sangat tidak baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental serta karakter anak-anak. 

Mencegah hal tersebut, yang membuat anak asyik dengan dunianya sendiri, adalah hadirnya orangtua dalam aktivitas anak. Tanyakan kepada anak, misalnya, bagaimana situasi sekolah hari ini, adakah masalah yang mengganggu, atau sebaliknya, prestasi apa yang diraih anak di saat ini. Bentuk kepedulian inilah, yang terwujud dalam komunikasi intens, entah itu melalui perangkat teknologi maupun tatap muka langsung, yang akan membuat anak merasa dekat, merasa dicintai orangtua. Ini akan berpengaruh baik kepada buah hati. Setidaknya anak tidak merasakan kesendirian, kesunyian, sehingga tidak asyik sendiri dengan dunianya. Anak-anak tetap merasa membutuhkan kehadiran orangtuanya, tidak merasa super dalam aktivitas keseharian.

BANYAK hal yang dapat menjadi tanda bahwa anak-anak merasa tidak dekat dengan orangtuanya. Contoh lain, anak-anak lebih memilih banyak bergaul dengan teman-temannya, sehingga jarang berada di rumah. Ini biasanya terjadi pada anak-anak remaja. Orangtua perlu melakukan pendekatan yang baik sehingga anak bisa menjaga keseimbangan hidup di dalam rumah maupun luar rumah, berkomunikasi dengan teman atau dalam kehidupan komunitas.

Sering menyalahkan orangtua juga menjadi tanda yang harus diwaspadai. Anak yang mudah emosi dan marah kemudian menyalahkan orangtuanya jika terjadi suatu masalah merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Orangtua perlu mendidik anak dengan sabar jika hal ini terjadi, memberikan pengertian secara bertahap, sehingga emosi anak mudah terkendali, tidak gampang menyalahkan orang lain jika bertemu dengan persoalan hidup. 

PENTING pula dilakukan orangtua dalam mendidik anak adalah memberikan pujian ketika anak mendapatkan penghargaan atau mencatatkan prestasi di bidang akademik maupun di dalam kehidupan hobinya. Pujian akan menambah rasa percaya diri anak-anak. Sebaliknya, jika anak merasakan kegagalan, berilah kekuatan dan inspirasi untuk bangkit lagi. Jangan sampai dimarahi bahkan disalahkan ketika buah hati mendapatkan pengalaman buruk kegagalan. Semua itu akan mendekatkan orangtua dengan anak sehingga terbina jalinan komunikasi yang dilandasi cinta kasih. Anak pun akan merasa dekat, tidak merasa jauh dan terasing dari orangtuanya.  


Powered by Blogger.