Optimistis Versus Pesimistis

pixabay.com

Dua hal yang sering kita jumpai di dalam diri sendiri, kita alami, rasakan, dan berdayakan, yaitu optimistis dan pesimistis. Itu bisa terjadi bergantian setiap hari, bahkan hanya dalam hitungan detik.

Kalau kita sedang terbeban masalah berat, misalnya, kita mudah pesimistis. Kita ragu apakah bisa menyelesaikan masalah tersebut lalu dengan mudahnya kita menyerah. Kita menjadi orang yang pesimistis. Biasanya tanda-tandanya gampang dikenali: malas gerak, mudah lelah, murung, gampang marah, bahkan hilang selera makan. 

Sebaliknya, orang yang optimistis memandang setiap masalah adalah tantangan yang harus dipecahkan. “Nggak ada masalah, hidup nggak seru,” demikian sikap orang-orang yang optimistis. Tidak ada kamus menyerah dalam dirinya, meski harus mendaki gunung persoalan setinggi apa pun, karena setiap hal harus dijalani dengan kebeningan pikiran dan ketenangan hati.

Itu bukan berarti orang yang optimistis selalu menang dan mudah menyelesaikan persoalan. Tidak seperti itu. Orang optimistis bisa juga gagal bahkan merasakan kesedihan yang dalam. Namun, ia tidak berhenti di dalam kegagalan dan kesedihan itu. Ketika gagal, ia bangun lagi. Jika gagal lagi, ia terus bangun, dan melanjutkan hidup dengan rasa syukur, meski hatinya masih dilanda kepedihan.

Orang pesimistis sering kali kesulitan mencari jalan keluar untuk setiap persoalan. Sebaliknya, orang optimistis lebih mudah menggali banyak cara untuk menyikapi masalah. Itu karena di dalam diri orang yang optimistis lebih banyak energi dan inspirasi yang dapat diberdayakan untuk dirinya menjadi pemenang; dengan cara menuntaskan banyak persoalan dan tanggung jawab selama ia hidup.

Powered by Blogger.